Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sangat bergantung pada kualitas dan relevansi menu yang disajikan. Proses Adaptasi Menu MBG harus mengambil pelajaran berharga dari negara negara yang sukses, seperti Jepang, yang terkenal dengan program Shokuiku (pendidikan makanan) mereka. Jepang tidak hanya menyajikan makanan bergizi, tetapi juga mengintegrasikannya dengan kurikulum pendidikan dan budaya lokal, menjadikannya bagian dari pembelajaran hidup.
Jepang mengajarkan bahwa Adaptasi Menu harus berfokus pada makanan segar, lokal, dan minim proses. Setiap daerah memiliki keleluasaan untuk menyesuaikan menu dengan hasil panen setempat, namun tetap dalam kerangka gizi yang ketat. Konsep ini sangat relevan untuk MBG di Indonesia, yang dapat memaksimalkan pemberdayaan Petani Lokal sambil menjamin Gizi Ideal yang tinggi protein.
Selain Jepang, negara negara Nordik juga menawarkan inspirasi tentang Adaptasi Menu yang berkelanjutan dan sehat. Mereka memprioritaskan bahan bahan musiman, mengurangi makanan ultra proses, dan mengajarkan anak anak tentang asal usul makanan. Prinsip ini dapat membantu MBG mengatasi Ribuan Kasus keracunan dengan mempromosikan rantai pasok yang lebih pendek dan mudah diawasi.
Tantangan utama MBG di Indonesia adalah keragaman budaya dan selera. Adaptasi Menu harus mempertimbangkan preferensi rasa di 38 provinsi agar anak anak mau mengonsumsi makanan tersebut. Makanan bergizi tidak akan efektif jika ditolak. Badan Gizi Nasional (BGN) perlu bekerja sama dengan ahli kuliner lokal, bukan hanya ahli gizi, untuk merancang menu yang lezat dan otentik.
Sistem MBG harus mengadopsi model desentralisasi menu. Sentralisasi Kekuasaan dalam penentuan menu harus dihindari. Pusat dapat menetapkan standar makro gizi (misalnya, X gram protein hewani), tetapi daerah diberi wewenang untuk menentukan jenis ikan, daging, atau sayuran berdasarkan ketersediaan dan musim panen, meningkatkan efisiensi dan relevansi.
Pelajaran penting lainnya dari program global adalah Urgensi Sertifikasi dan pelatihan juru masak. Di banyak negara maju, juru masak sekolah adalah profesional yang terlatih khusus dalam kebersihan, keamanan pangan, dan nutrisi anak. MBG harus berinvestasi besar besaran pada peningkatan kapasitas SDM dapur lokal ini.
Dengan mengambil inspirasi dari praktik terbaik dunia, MBG dapat bertransformasi dari sekadar program logistik menjadi program pendidikan gizi. Menghadirkan makanan yang sehat, aman, dan relevan secara budaya adalah kunci untuk membangun kebiasaan makan yang baik seumur hidup.
Pada akhirnya, keberhasilan MBG bukan hanya tentang mengisi perut, tetapi tentang mengisi pikiran dengan pengetahuan dan kesehatan yang optimal. Melalui Adaptasi Menu yang cerdas dan terinspirasi global, Indonesia dapat memastikan lahirnya Generasi Emas 2045 yang sehat dan tangguh. Sumber
