Sejarah Wae Rebo, sebuah desa adat terpencil yang terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, bukan hanya memukau karena keindahan alamnya yang bagaikan negeri di atas awan. Lebih dari itu, desa ini menyimpan sejarah panjang dan kaya yang terjalin erat dengan tradisi serta kepercayaan masyarakatnya.
Menurut cerita Sejarah Wae Rebo lisan yang diwariskan turun-temurun, pendiri desa Wae Rebo adalah seorang tokoh bernama Empu Maro. Konon, Empu Maro berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Kisah perjalanannya hingga menetap di Wae Rebo melibatkan pengembaraan yang panjang melalui laut hingga akhirnya tiba di Flores. Setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, Empu Maro mendapatkan petunjuk melalui mimpi untuk menetap dan mengembangkan kehidupan di wilayah yang kini dikenal sebagai Wae Rebo.
Usia desa Wae Rebo diperkirakan telah mencapai ratusan tahun, bahkan mungkin lebih dari seribu tahun jika dihitung berdasarkan generasi yang telah mendiaminya. Masyarakat Wae Rebo saat ini merupakan generasi ke-18 dari keturunan Empu Maro. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi dan kearifan lokal telah dipertahankan selama berabad-abad.
Salah satu ciri khas Wae Rebo yang paling ikonik adalah rumah adat berbentuk kerucut yang disebut Mbaru Niang. Arsitektur unik rumah ini dipercaya memiliki kemiripan dengan rumah gadang di Minangkabau, menguatkan dugaan asal-usul leluhur masyarakat Wae Rebo. Dahulu, terdapat lebih banyak Mbaru Niang, namun kini hanya tersisa tujuh buah yang tersusun melingkar mengelilingi sebuah batu melingkar yang disebut compang. Compang ini merupakan titik pusat ritual dan kegiatan adat masyarakat Wae Rebo.
Setiap Mbaru Niang memiliki lima tingkat dengan fungsi yang berbeda, mencerminkan filosofi kehidupan dan hubungan antara manusia dengan alam serta leluhur. Tingkat paling atas diperuntukkan bagi penyimpanan sesajian untuk leluhur, menunjukkan betapa kuatnya ikatan spiritual masyarakat Wae Rebo dengan masa lalu mereka. Meskipun terpencil dan sulit dijangkau, masyarakat Wae Rebo berhasil mempertahankan adat istiadat dan budaya mereka secara turun-temurun. Mereka hidup selaras dengan alam.
